Thursday, May 30, 2013
Wanita – Wanita Perkasa
Seorang wanita pekerja kasar sedang mengangkat pasir untuk dipindahkan dari belakang truk untuk ditaruhnya ke dalam sebuah rumah yang sedang di bangun. Dengan tanpa lelah ia melakukannya demi sesuap nasi untuk keluarga tercintanya. Mungkin anda bertanya, bagaimana ada di Jakarta seorang pekerja kasar adalah wanita? Gambaran ini saya lihat saat saya berada di Denpasar – Bali, dimana tidak mengherankan untuk seorang wanita melakukan pekerjaan ini disana.
Sosok wanita perkasa, saya menyebutnya. Dimana di jaman yang semakin berkembang ini, semakin banyak pula wanita – wanita yang dapat menunjukkan taringnya di percaturan dunia yang dahulu hanya dikuasai kaum pria. Sebut saja Margareth Thatcher, sosok ini walaupun kontroversial, tetap menjadi ikon dunia bagi banyak orang. Saat menjadi Perdana Mentri Inggris, banyak kebijakan-kebijakannya yang terlihat kejam di awal, namun mendapat pujian beberapa tahun kemudian. Contoh lain yang tak kalah mendunia adalah Mother Teresa. Di Negara yang bukan Negara asalnya, dia dapat mencurahkan begitu banyak cinta kasih kepada orang-orang yang membutuhkan tanpa mengenal lelah. Sosoknya begitu kuat sehingga menyentuh hati banyak orang.
Membanggakan memang apabila melihat sosok dunia tersebut. Tetapi bagaimana dengan wanita – wanita perkasa yang jasanya melimpah tetapi tidak mendapat perhatian dari negaranya sendiri. Seperti yang kita ketahui, akhir-akhir ini sedang marak pemberitaan tentang rendahnya dukungan Negara dan pemerintah terhadap TKI –TKI kita yang mencari nafkah di luar negeri. Presiden pernah menyebutnya pahlawan devisa, ada yang menyebutnya from zero to hero, tetapi pada akhirnya tidak sedikit yang kembali ke negaranya dengan trauma siksaan baik secara fisik maupun mental. Dan yang paling menyayat hati adalah kasus terakhir yang mendapat hukuman pancung.
Menjadi perhatian kita bahwa bagaimana sebuah Negara dapat dihargai dimata dunia, apabila pemerintahnya tidak menghargai warga negaranya. Saya memang bukan politisi, bukan juga pengamat politik dan sosial, tetapi sebagai warga negara yang melihat pemberitaan ini hati saya ikut tersentuh. Bagaimana sedihnya keluarga yang ditinggalkan.
Khalil Gibran pernah berkata, kekayaan suatu bangsa bukanlah pada emas, berlian ataupun sumber daya alam yang dimilikinya, tetapi perilaku kebajikan dari putra-putri bangsa itulah kekayaan yang sebenarnya. Hal ini patut kita renungkan dalam-dalam. Mungkin sebagai warga negara biasa, kita tidak dapat berbuat banyak dalam permasalahan bangsa ini, tetapi kita dapat memulainya dari diri kita sendiri, dari lingkungan kita. Karena setiap perbuatan baik yang kita tanamkan pada diri orang lain, akan dapat “menjamur” ke orang-orang lainnya. Mari mulai hari ini, kita tanamkan pada diri kita bahwa, ‘kita juga wanita perkasa’.
With Love,
Satwika Lestari
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment